Tapai singkong.
Tapai singkong. (sumber: Antara)
Rasanya manis dan tidak terlalu banyak air.

Penganan khas tapai Bondowoso, Jawa Timur, laris diborong para pemudik Lebaran yang akan kembali ke daerah asal tempat kerjanya.

Lilis, salah seorang penjual tapai di Bondowoso, Sabtu, mengatakan saat Lebaran dirinya memproduksi hingga tiga ton singkong setiap hari.

"Padahal biasanya setiap hari hanya memproduksi satu ton dan paling banyak 1,5 ton per hari," kata putri dari Tumiyati, pemilik tapai bermerek '31' itu.

Secara umum, produsen tapai di Bondowoso menyediakan oleh-oleh tersebut dalam bungkusan besek seharga Rp8.000, Rp15.000, Rp16.000 dan Rp9.000 untuk yang dibungkus dengan kotak kertas kardus.

Lilis menjelaskan bahwa tapai menjadi oleh-oleh khas Bondowoso karena rasanya yang manis dan tidak terlalu banyak air. Selain tapai, penganan berbahan singkong yang diberi ragi itu juga diolah menjadi kue brownis, dodol dan suwar-suwir.

"Alhamdulillah berkah Ramadan dan Lebaran juga, sehingga banyak permintaan," katanya.

Ia mengemukakan bahwa banyak pemudik yang bekerja di tempat jauh, khususnya di luar Pulau Jawa meminta dirinya menyediakan tapai yang mampu bertahan bagus hingga satu pekan.

"Tapi itu tidak mungkin, apalagi musim kemarau seperti saat ini. Cuaca panas mempercepat prores peragihan. Kecuali jika begitu tapai matang langsung dimasukkan ke dalam kulkas, maka bisa bertahan lebih dari satu minggu," katanya.

Ia mengemukakan, jika dibiarkan di tempat terbuka dalam cuaca yang panas, maka tapai akan terlalu matang dan lama kelamaan cenderung berair.

Karena banyaknya pembeli, suasana di sejumlah toko penjual tapai di Kota Bondowoso banyak yang antre. Akibat lainnya, sangat sulit ditemukan tapai yang matang keesokan harinya karena sudah terbeli sehari atau dua hari sebelumnya.

"Tidak ada yang matang besok, paling cepat matang lusa," begitu jawaban penjual saat ditanya oleh calon pembeli.